Mengenai Saya

Foto saya
Menjadi beriman mungkin bukan lagi menjadi tujuan utama banyak orang.

Selasa, 03 April 2012

RAHASIA

Cerita Fiktif

Pertemuan Pertama
          28 Agustus 2011, itu adalah awal dirinya masuk ke kelas gue. Seorang yang berbadan tinggi, beralis tebal, berwajah biasa saja, tidak tampan, tetapi optimis, dan selalu menebarkan senyum serta energi positif bagi orang-orang di sekitarnya. Gue gak ngerti dari mana dia datang, sepertinya dia datang begitu saja "like a wind". Dengan sopan dan menarik dia pun mulai memperkenalkan dirinya dan mengajarkan gue dan teman-teman gue berbagai hal tentang filosofi hidup.
         Pelajaran yang semula gue kira adalah yang paling membosankan dan tidak ada pentingnya buat hidup gue menjadi sebuah hal yang menarik, mudah dipahami dan sangat bermanfaat bagi gue. Itu kata gue, tapi dari apa yang gue lihat dalam diri teman-teman sekelas, gue rasa mereka juga merasakan hal yang sama. Sesuatu yang berbeda dari yang sebelumnya, dari yang biasanya, dari yang ada dalam pikiran kami.
        Setelah sesi pertama selesai tampaknya ada suatu kekaguman yang hadir dalam diri gue tentang dia. Guru muda yang aneh, dan luar biasa menurut gue karena ke apa-adaanya. Dan sepertinya ada teman gue yang mulai jatuh hati dengannya. "Astaga!, sebesar itukah dampaknya?" pertanyaan yang muncul dalam hati gue. 
        Dia memberikan segalanya dengan sangat tulus dan berbeda, sepertinya penuh warna dan 'like a brushfire'. Dia selalu berada bersama kita semua, misalkan pada waktu kita istirahat di kantin ataupun duduk sendiri dengan sikap jengkel karena diusir dari dalam kelas. Caranya mendekati kita cukup berbeda, tapi justru itu yang membuat kita semua nyaman. Bahkan gue dan teman-teman dengan mudah menceritakan semua perasaan dan isi pikiran kita. 
      Dia tidak pernah memberikan kita sebuah ceramah atau nasihat yang panjang lebar, tetapi hanya mendengarkan dengan sungguh dan memberikan sebuah pertimbangan-pertimbagan lain yang justru sangan menegur sikap gue dan teman-teman, jika berbuat sesuatu yang salah. Dia selalu mendukung, setiap kami ada lomba atau kegiatan apapun, baik berkunjung dan berteriak SEMANGAT! atau cukup tersenyum menggodai saja. Tapi itu cukup untuk menyadarkan bahwa kita tidak pernah sendirian lagi menanggung atau menghadapi setiap tantangan hidup. 
       Pernah suatu pagi gue liat dia berjalan di setiap lorong dan menyentuh setiap dinding kelas kami dari lorong 1 sampai ke lorong selanjutnya seperti sambil mendoakannya. Awalnya gue kira itu aneh banget, tetapi sekarang gue sadari itu bukan hal yang aneh, tapi justru mengharukan.

Live in Class
        Dengan cara dan gayanya yang berbeda dari biasanya itu dia mendidik gue dan teman-teman dengan penuh keyakinan dan keterbukaan. Dia sangat yakin dengan apa yang dia ajarkan tetapi tidak memaksakan gue dan teman-teman untuk memahaminya secara cepat. Justru gue yang sering kali gusar kenapa terlalu rumit dalam berpikir. Satu hal yang selalu gue ingat ketika dia mengajar adalah semboyan yang selalu ia katakan "Carpe diem quam minimun credulla postero", yang artinya berusahalah sebaik mungkin seakan-akan itu adalah hari terakhir dirimu hidup. Inggris-nya "Seize The Day", Jawa-nya "Urip kuwi koyo mampir ngombe", Jepang-nya "Gambaru", Arab-nya "Man Jadda Wa' Jadda". Kesadaran itu yang membuat kami selalu semangat.
      Jika disadari dia jarang sekali bicara (cerewet menasihati) tetapi justru gue sendiri yang dibuat menemukan jawabanya sendiri dan memecahkan masalahnya sendiri. Kadang waktu gue atau teman-teman ingin curhat, ketika akan berpikir pertanyaan apakah yang akan ditanyakan justru kami telah mendapatkan jawabannya sendiri. Lucu memang tetapi cara dia berpikir memang mempengaruhi cara berpikir gue dan teman-teman juga.

A Graduation
           Ada sebuah cerita yang selalu gue dan teman-teman ingat tentang dirinya. Tentang satu kata tentang dia: "RAHASIA!" dan itu selalu membuat gue dan teman-teman selalu ketawa ngakak jika mengigatnya. Kejadian itu bermula di malam graduasi dan prom night.
          Ingat teman gue yang jatuh hati padanya, akhirnya di malam itu teman gue itu mengungkapkan cintanya. Lalu dia (guru kami itu) membisikan sebuah kata kepada teman kami tersebut. Kami tidak mengerti kata apa yang dikatanya pada teman kami. Oleh karena itu, kami jadi penasaran dan berteriak pada teman kami, "katakan apa yang dia bilang padamu!". Setelah kami desak dan dengan mic yang teman kami pegang, teman kami mengatakan kepada kami "Jawabannya RAHASIA!". Serentak kami merespon "Wuuuu", "Jangan bohong", teman kami pun mencoba meyakinkan kami "Jawabannya RAHASIA!", lalu teman kami turun dari panggung sambil malu bercampur 'ngedumel' karena ketidak-percayaan kami.
        Masih dengan rasa penasaran, maka kami pun bertanya kepada dia, "apa yang bapak katakan pada teman kami tadi??", dia menjawab "Mau tau jawabanya?", "Mau!!!Bapak terima dia apa gak??", "Beneran mau dengar jawabannya?","Mau pak!! cepat bilang!",dia pun menjawab "Jawabanya RAHASIA!".
           Kami pun merasa kecewa terhadapnya karena kami mengira ada sesuatu yang dirahasikannya kepada kami. Oleh karena hal itu-pun, gue dengar dia dipanggil oleh guru-guru senior lain, dan mereka pun menanyakan hal yang sama seperti yang gue dan teman-teman tanyakan. Dan dia juga menjawab seperti apa yang dijawab saat di panggung itu. Karena merasa dilecehkan ada seorang guru lain memukulnya. Tetapi dia tidak marah dan membalasnya. Peristiwa itu menjadi hal yang menghebohkan satu sekolah. Karena itu sampai-lah ke telinga pimpinan sekolah kami.
         Gue ingat saat itu dia dipanggil oleh pimpinan sekolah dan disidang di dewan guru, sepertinya akan memecatnya. Lalu dalam sidang itu membahas dan mengupas habis apa pesan yang dikatannya kepada teman gue. Teman gue pun juga ikut dibawa menjadi saksi. Jawaban yang sama muncul dan kebenaran yang sama tetap diceritakan apa adanya karena begitulah dia. Karena menurut mereka hal itu bukanlah kejelasan akhirnya sekolah memutuskan dia untuk diberhentikan.
        Anehnya, dia tidak terlihat tertekan sekalipun. Gue dan beberapa teman pun mencoba untuk datang kepadanya dan meminta maaf sekaligus bertanya kembali, "Jawaban bapak apa?". Dia menjawab "Jawabanya Rahasia". Lalu teman kami bertanya lagi "tunjukkan pada saya bagaimana prosesnya?", lalu dia menunjukkan kepada kami bagaimana prosesnya, maka saat itulah kami mengeti apa yang dimaksud dengan RAHASIA itu.
       Namun sayang, pihak sekolah sudah terlanjur memutuskan secara sepihak tentang nasibnya. Tetapi menurut guru gue yang lain, yang adalah sahabatnya, itu bukan suatu masalah baginya, karena tugasnya di sekolah ini memang sudah berakhir dan dia hanya hidup mengikuti perintah Bapa kemana akan mengutus dia selanjutnya. Toh dia hanya mengikuti permintaan sekolah ini untuk mengisi kekosongan tenaga pengajar yang ada. Itulah kisah tentang dia dan rahasianya. Jika loe tanya jawabanya kepada dia, dia akan menjawab "Jawabannya RAHASIA". Kadang dalam hidup ini jawaban tidak menjadi sebuah jawaban, tetapi prosesnya-lah yang menjadi jawaban.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar